Jumat, 25 Maret 2016

Budaya Konsumen Indonesia




Budaya Konsumen

 

Masyarakat modern adalah masyarakat konsumtif. Masyarakat yang terus menerus berkonsumsi. Konsumsi telah menjadi budaya, yaitu budaya konsumsi. Bagi masyarakat konsumen, saat ini hampir tidak ada ruang dan waktu tersisa untuk menghindari diri dari serbuan berbagai informasi yang berurusan dengan kegiatan konsumsi.  Fenomena masyarakat konsumsi tersebut, yang telah melanda sebagian besar wilayah dunia, saat ini juga sudah terjadi pada masyarakat Indonesia

Budaya Konsumen Indonesia


Dalam bidang budaya, orang Indonesia memiliki budaya yang tersendiri yang jelas jauh dibandingkan dengan budaya Amerika, Banyak daerah memiliki norma tersendiri. Kebiasaan makan yang berbeda-beda saja, akan membuat perbedaan dalam kemajuan industri makanan dari satu daerah ke daerah lain. Kopi, kecap, teh, jamu, roti, biscuit, snack, dan mie adalah sederet contoh produk dimana faktor daerah sangat dominan. Ada daerah yang suka manis, ada yang lebih suka asin. Ada daerah yang makan dengan sendok adapula yang menggunakan tangan.

Sekarang saya ambil contoh Kecap Bango,Siapa yang tidak kenal kecap Bango ? 
 

Kecap yang mereknya terkenal ini bermula dari usaha rumahan di tahun 1928 di daerah Banteng, Tanggerang, Jawa Barat. Nama 'Bango' dipilih pendirinya dengan satu visi, agar dapat terbang tinggi hingga manca nergara. Di tahun 1992, PT. Unilever Indonesia menyatakan ketertarikannya untuk meminang kecap Bango, dan akhirnya Kecap Bango pun resmi menjadi salah satu produk kebanggaan PT. Unilever Indonesia pada tahun 2001.

Di bawah bendera PT. Unilever Indonesia, Kecap Bango semakin mengkokohkan dirinya sebagai merek kecap nomor satu di Indonesia yang selalu hadir dalam setiap penyajian hidangan kuliner khas Nusantara. di berbagai kesempatan baik di acara - acara formal maupun masakan sehari - hari dirumah

Sebenarnya kecap bukan asli berasal dari Indonesia, kecap merupakan produk fermentasi yang telah digunakan sejak berabad-abad silam sebagai penyedap masakan di dapur-dapur China. Namun untuk soal rasa, kecap manis sudah dipastikan sebagai pusaka kuliner Indonesia atau asli buatan Indonesia karena hanya di Indonesia kita dapat menemukan kecap manis sedangkan di negara-negara lain hanya kecap asin saja yang ada termasuk di negara China sendiri.

Sebagai produk asli Indonesia, Bango seakan menjadi merek dagang yang tidak lepas dari citra masakan Indonesia yang akrab dengan kecap sebagai bumbu pelengkap. Setelah diakuisisi Unilever dari perusahaan terdahulu PT Sakura Aneka Food, Bango menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. 
Strategi Pemasaran Kecap Bango

Dari sistem penjualan dari mulut ke mulut (word of mouth), Bango dikenal di hampir seluruh penjuru Kota Tangerang, DKI Jakarta, dan sekitarnya. Kualitas dan rasa yang dijaga sejak diperjualbelikan pada 1928 ini menjadikan Bango menjadi salah satu merek kecap terbaik yang ada di Indonesia dan bermutu prima.Bango pun mampu merambah pasar hingga ke mancanegara seperti Singapura, Kanada, Australia, dan Eropa serta Amerika Serikat.

Sebagai bahan dasar masakan tradisional, target pasar Bango adalah kalangan ibu rumah tangga dan pedagang masakan tradisional Indonesia. Dengan kekayaan tradisi dan budaya dari Sabang hingga Merauke, banyak sekali masakan Indonesia menggunakan kecap sebagai salah satu bahan bumbu, terutama kecap manis.

untuk semakin memperluas dan memperkuat merek dagang ini di tengah semakin ramainya pemain kecap baru di Indonesia. Bango akan menghadirkan 80 masakan tradisional khas kota setempat, dari partisipasi dari delapan duta Bango dari luar kota, serta tidak ketinggalan adalah para penjaja makanan yang akan turut tampil mewakili kota-kota seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, Malang, Yogyakarta, Makassar, Bogor, Solo dan Medan.

Sumber  : 
ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/10/18/brands-of-indonesia-5-kecap-bango-292654.html

Barker, Chris. 2004. Cultural Studies, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja

http://www.bango.co.id/tentang-bango/
 


 

2 komentar: